Syifa dan Stetoskop Ajaib


buku Syifa dan Stetoskop Ajaib



Spesifikasi buku:

Penulis: Sri Widiyastuti
Penerbit: DAR!Mizan
Tahun terbit: tahun 2015
Tebal: 100 halaman
Harga: Rp65.000

Sinopsis:

Sinopsis

Syifa anak perempuan kelas 3 SD yang pintar dan cerdas. Cita-citanya ingin menjadi seorang dokter. Dia ingin menolong semua orang yang sakit. Di sekolah, Syifa mengikuti ekstrakurikuler dokter kecil. Syifa sangat memperhatikan kebersihan diri dan lingkungannya.

Pada suatu hari, Syifa menjuarai perlombaan dokter kecil yang diadakan oleh Dinas Kesehatan di kotanya. Syifa mendapatkan hadiah piala dan stetoskop. Ternyata, stetoskopnya itu stetoskop ajaib. Stetoskop itu bisa berbicara!

Stetoskop ajaib yang bernama Stevi itu ternyata sudah mendampingi banyak anak-anak yang bercita-cita menjadi dokter. Salah satu dokter yang bersama Stevi bertahun-tahun sudah menjadi dokter spesialis. Stevi akhirnya mencari seorang anak untuk didampingi lagi. Syifa terpilih karena Syifa mendapat juara pertama di perlombaan dokter kecil.

Syifa senang sekali bersahabat dengan Stevi, karena Stevi stestoskop yang pintar dan serba tahu! Stevi banyak memberikan pengetahuan dasar tentang penyakit dan solusi pencegahannya pada Syifa dan teman-temannya.

Sejak saat itu, Syifa dan Stevi, stetoskop ajaib memulai petualangannya dalam mencari tahu penyakit-penyakit yang di derita oleh teman-temannya. Setelah tahu, Syifa mengajak teman-temannya untuk memeriksa penyakitnya ke dokter. Syifa dan Stevi tidak menyembuhkan penyakit. Allah lah yang menyembuhkan segala penyakit.

Syifa juga mengajak teman-temannya untuk berdoa agar diberi kesembuhan dan dijauhkan dari segala penyakit.

Buku ini juga diendors untuk Ibu Novi dan dokter Fitria Heny. Berikut endors mereka.

Menjelaskan jenis-jenis penyakit yang sering diderita anak-anak dalam bahasa yang menganak, sangat membantu para pembaca belia memahami dengan mudah. Dan Mbak Sri Widiastuti sebagai koki buku faksi ini, berhasil menyajikan tulisan-tulisan yang mengalir dan enak dibaca. 
(Novi Mudhakir, penulis dan penerjemah)

“Senang sekali membaca buku keren ini. Bahasan serius bisa disampaikan dengan ceria, khas gaya dunia anak-anak. Buku ini wajib dimiliki anak - anak untuk mengenali kesehatan diri dan lingkungannya 
(dr. Fitria Heny)


Sneakpeak isi buku Syifa dan Stetoskop ajaib


Ini salah satu isi cerita dari 26 cerita yang lain.

 Mengapa Ingus Beno Hijau?

HATCHI! HATCHI!
Berkali-kali Beno bersin di depan wajah Syifa. Dia segera menutup hidung dan mulutnya, berusaha menghindar dari serangan hujan ludah Beno. Meskipun menggerutu dalam hati, Syifa mendoakan Beno.
        "Yarhamukallah, yarhamukallah!" ucapnya setiap kali Beno bersin. Arti dari doa itu semoga Allah memberi rahmat kepadamu.
        Tapi, lama-lama Syifa kesal juga karena Beno seperti sengaja bersin di depan wajahnya. Saat Beno akan bersin di depannya, Syifa buru-buru memperingatkannya agar menutup mulut.
        "Beno! Kalau bersin ditutup dong!" teriak  Syifa gemas.
        "Iya nih Beno! Bisa engga sih, bersin di sebelah sana?!" hardik Nisa sebal. Ketika Beno lewat sambil bersin-bersin, Nisa, Syifa dan Vania sedang berdiri di depan kelas.
        "Idih! Ingusnya hijau lagi! Ih!" seru Nisa sambil berlari ke toilet untuk mencuci tangannya yang kecipratan ingus Beno yang terlempar saat bersin.
        Dihardik seperti itu, Beno hanya nyengir. Dia malah menakut-nakuti anak-anak perempuan dengan ingusnya yang meleleh hijau dari kedua lubang hidungnya.
        "Hentikan, Beno!" jerit Vania jijik. Dia menarik tangan Syifa ke dalam kelas. Untung tadi mereka tidak kena cipratan ingus Beno. Meski begitu, Syifa mencuci tangannya dengan tisu basah yang selalu dibawanya kemana pun juga. Dia pun memberikan sehelai kepada Nisa.
        "Untuk apa Syifa?" tanya Vania sambil meraih tisu basah dari tangan Syifa.
        "Biar tangan kita bersih, Van. Kamu ingat kan minggu lalu matamu bintitan? Itu karena tanganmu kotor," jawab Syifa sambil mengusapkan tisu basah itu ke seluruh tangannya. Setelah itu dibuangnya ke tempat sampah.
        "Minimal kita terhindar dari penularan," katanya lagi. Vania mengikutinya sambil tersenyum lucu. Dia ingat waktu matanya bintitan. Sungguh memalukan saat-saat itu, tapi berkat Syifa, dia jadi tahu bintitan tidak menular.
        "Syifa, kenapa ingusnya Beno hijau, sih?" tanya Vania diperjalanan pulang ke rumah.
        "Aku engga tahu," jawab Syifa sambil mengedikan bahunya.
        "Beno jorok banget! Masa, ingus hijau dipamer-pamerin ke orang. Ih! Sebal!" Vania mengepalkan tangannya. Dia masih kesal pada Beno.
        "Sudahlah, kan bukan maunya dia punya pilek hijau, Van. Hihihi." Syifa terkikik geli membayangkan Beno menjadi makhluk serba hijau karena ketika bersin, ingusnya menjadi gelembung balon dan pecah ke sekujur tubuh Beno.
        "Hei, kenapa senyum-senyum sendiri, Syifa?" tanya Vania penasaran.
        Syifa menceritakan khayalannya pada Vania. Saat itu juga tawa mereka pecah membayangkan Beno yang diselimuti ingus hijau.
        Akhirnya mereka berpisah. Syifa sudah sampai di rumahnya.
        "Assalamu'alaikum! Mama, aku sudah pulang!" Syifa mencium tangan mamanya.
        Setelah makan siang dan sholat Dzuhur, Syifa menemui Stevi di kotak penyimpanannya.
        "Hei Stevi! Assalamu'alaikum," sapa Syifa saat membuka kotak stetoskop itu. Kotak itu dia letakkannya di tempat tidur. Stevi dengan segera meloncat dan duduk di samping Syifa.
        "Wa'alaikumsalam!" jawabnya semangat. Dia senang Syifa sudah pulang sekolah.
        "Stevi, tadi Beno aneh banget. Biasanya kan orang ingusan, lendirnya warna putih. Kok ingusnya dia hijau sih?" tanya Syifa.
        "Hijau bagaimana, Syifa?" Stevi malah balik bertanya.
        "Iya, kayak es cendol yang keluar dari hidung!" Syifa mencoba menggambarkan ingus yang keluar dari hidungnya Beno.
        Stevi tergelak. "Kamu ada-ada saja. Iya-iya, aku sudah tahu!"
        "Bahaya engga sih ingus kayak gitu, Stevi?" tanya Syifa penasaran.
        "Kamu ada-ada saja Syifa. Mungkin pileknya sudah mau sembuh. Awalnya, ingus yang keluar encer dan bening, kemudian menjadi kental kehijauan lalu diakhiri dengan ingus yang kembali bening dan encer. Begitu siklusnya," jelas Stevi.
"Oh begitu! Pilek menular engga sih?" tanya Syifa.
"Pilek menular. Biasanya ditularkan lewat batuk atau bersin.  Lewat barang yang dipakai bersama juga, bisa terjadi, lho," jawab Stevi.
"Kenapa menular? terus berapa lama sakit pilek itu, Stevi?" tanya Syifa.
"Pilek disebabkan oleh virus. Biasanya memiliki masa infeksi 5 hari hingga 2 minggu, tergantung daya tahan tubuh. Pilek atau ingus yang keluar saat flu, merupakan mekanisme tubuh untuk membuang virus yang sedang berkembang biak dalam rongga hidung dan sekitarnya," jawab Stevi lengkap.
"Wah lama juga ya, Stevi. Bagaimana aku bisa terhindar dari virus pilek itu?" tanya Syifa khawatir tertular pilek dari Beno.
"Mudah saja, hindari bertemu Beno untuk sementara, pakai masker, cuci tangan secara rutin, banyak-banyak makan buah-buahan yang mengandung vitamin C dan makan makanan yang bergizi supaya daya tahan tubuh kita kuat," jawab Stevi.
"Yah, berarti aku tidak boleh minum es krim dong?" Syifa nampak lesu.
"Yang bilang tidak boleh itu siapa? Boleh kok, es krim bukan penyebab pilek, kan?" kata Stevi sambil duduk dipangkuan Syifa.
"Benarkah?" tanya Syifa ragu. Stevi mengangguk mantap.
"Hore!" Syifa melompat kegirangan.
Syifa berlari menuju lemari es. Diambilnya satu cup es krim dan menikmatinya dalam diam. Pikirannya terus saja melayang pada proses penyembuhan pilek yang dialami Beno.
Syifa jadi teringat kata-kata mamanya.
"Syifa, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, Allah menurunkan penyakit dan juga obatnya. Setiap penyakit memiliki obat. Bila obat sesuai dengan penyakitnya, maka orang yang sakit akan sembuh dengan ijin Allah subhanahu wata'ala."
Sekarang Syifa lega, karena dia tidak perlu khawatir lagi pada penyakit di sekitarnya.

Mau baca yang lainnya? silakan pesan di nomor whatshapp +6285974762071 (ummusakina) Terimakasih <3


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.